Aku,
terlahir dari keluarga yang memiliki berbagai macam buku tentang agama. Ayah
dan ibu bukan tokoh ternama di bidang itu, namun mempelajari buku agama membuat
bersemangat. Aku sendiri mulai belajar mengeja tulisan di bangku TK.
Yang
pasti, meskipun aku lupa, aku sudah bisa lancar membaca sewaktu SD. Selama
menjadi siswa SD N Pandean Lamper 05 Semarang, aku tidak pernah membaca buku
selain buku paket pelajaran di sekolah dan Al-quran. Aku ingat sekali, pertama
kali aku memegang novel dan komik, adalah saat liburan menjelang pendaftaran
SMP tahun 2010. Saat itu, aku bingung akan aku isi dengan kegiatan apa liburan
panjang menanti pengumuman pandaftaran SMP. Lalu aku pergi dengan ayahku ke
toko buku bekas yang biasa dikenal orang dengan nama “kawasan stadion”. Buku
novel yang aku beli bertema agama yang telah diangkat ke layar lebar yaitu
Dalam Mihrab Cinta.
Karena
tuntutan keadaan, aku pun menjajali semua novel. Ada alasan mengapa aku memilih
novel dari buku lainnya. Yang pertama karena tidak mengandung rumus matematika.
Kedua, novel berisi cerita yang bervariasi. Aku pun mulai mengenal perpustakaan
daerah di kota Semarang, perpustakaan Sri Rejeki yang didirikan oleh suatu
yayasan, dan aku juga meminjam novel dari kakak, teman, dan semua orang yang
aku kenal.
Suatu
hari, aku meminjam sebuah novel dari kakak sepupuku. Berbeda dengan novel yang
baru aku kenal, yang notabene tebal dan mempunyai lebar 10-15 cm. Novel ini
berukuran setengah dari novwel biasanya. Saat memasuki bagian pengenalan masalah, aku
merasa sangat terkejut. Diceritakan ada 4 orang sahabat yang duduk di bangku
kuliah. Mereka adalah orang orang frustasi yang melakukan seks bebas, minuman
beralkohol, narkoba, dan kegiatan negatif lainnya. Aku tidak pernah tahu menahu
tentang seks sebelumnya. Aku merasa kamarku menjadi sempit untuk bernafas, dan
keringat dingin mulai muncul. Akhirnya, aku menyembunyikan buku itu di bawah
kasurku karena ketakutan.
Selanjutnya,
aku mencoba beralih ke novel lain. Novel yang berisi tentang pendidikan, cerita
anak sekolah, behkan tentang orang orang yang kurang mampu. Tetapi, aku tidak
bisa fokus. Aku terlalu penasaran untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya
pada tokoh novel yang aku pinjam dari sepupuku. Setelah mengecek keadaan rumah
sudah kosong, aku pun membacanya hingga tuntas. Aku merasa puas telah
mengetahui isi novel dengan sempurna, cemas kalau aku ketahuan membaca buku
seperti itu, bingung apa yang akan aku lakukan, geli dengan kelakuanku.
Kakakku
bilang ia mendapat novel itu dari temannya. Ia sendiri mengaku belum membaca
isinya. Mungkin seandainya dia sudah tahu, dia tidak akan meminjamkan novel itu
kepada adiknya.
Setelah
itu, aku pun mulai membaca novel yang bertema tentang cinta. Romance. Awalnya
menyenangkan namun semakin lama semakin membosankan. Aku mencari sensasi
membaca buku seperti saat aku membaca novel porno itu. Buku apa? Aku lebih
memilih menminjam buku di perpustakaan, daripada harus membelinya. Di sinilah
kecintaanku terhadap novel-novel misteri mulai muncul. Namun, bukan misteri
seperti hantu atau setan. Lebih seperti misteri pembunuhan dan penyelidikan.
Sebut saja novel The Da Vinci Code. Yang bercerita tentang penyelidikan misteri
kematiaan oleh Dr. Langdon dan Sophia.
Saat
aku sudah memasuki bangku SMP, aku tetap melanjutkan hobiku membaca novel
dengan genre misteri. Sampai lulus SMP dan mendaftar SMA, aku tetap membaca
novel-novel seperti itu. Hingga berbagai hal menarik dari pelajaran SMA membuat
aku ingin mengetahui segala hal. Segalanya. Aku menjadi murid terajin ke
perpustakaan SMA N 11 Semarang hingga mendapat penghargaan dari sekolah. Aku
menyukai hal hal yang berbau biologi, sejarah, dan sastra. Aku mulai mencari
buku penelitian. Aku sadar bahwa wawasan ku terbuka lewat buku. Penelitian
seperti apa benar Nabi Sulaiman yang membangun candi Borobudur hingga
penelitian tentang DNA menarik perhatianku. Cerita dari Irak, Iran, yang
merupakan negara penuh konflik tapi juga mempunyai kekuatan besar. Dan juga
kisah para penemu, legenda dan ilmuwan dunia.
Aku mulai mengenal beberapa penulis yang
karyanya menjadi favoritku. Namun, aku tidak menolak untuk membaca buku karya
penulis lain. Aku juga menyisihkan uang untuk membeli buku saat pameran
berlangsung. Aku bahagia dikelilingi banyak buku. Dan jika bertemu dengan buku
yang berbau seks, aku akan mengimbanginya dengan membaca buku agama. Karena
sudah selayaknya, aku mengambil amanat positif dari sebuah buku dan melupakan
sisi negatifnya.
Lomba ini diikutsertakan dalam lomba menulis di blog Mukhofasalfikri.com dengan tema menulis pengalaman membaca.
No comments:
Post a Comment